Kawans…
tuntunlah dan ingatlah aku dalam setiap untaian ikhlasnya airmata dalam bulir-bulir do’a kalian. Dan atas nama cinta kasih yang utuh rangkullah aku yang selama ini selalu mencarinya ke setiap tempat di negeri-negeri entah berada di mana yang kadang-kadang aku sendiri tak mengenalnya.
Ya, rangkullah aku sekalipun tidak seharusnya mesti berada bersama kalian. Memang, kadang-kadang dalam kesendirian dan keterpapahanku dimana aku bingung dan tak tahu harus berbuat apa.
Namun bagaimanapun aku selalu berusaha agar keberadaanku di tengah-tengah tidak menjadi dan menambah beban lagi buat kalian dalam perjuangan ini, karena kasih sayang dan cintaku pada kalian adalah seluas dan sedalam samudera, indahnya seindah musim semi yang selalu setia mengukir cakrawala dan angkasa serta pesonanya bagaikan rembulan di malam hijaz, sementara sucinya bagaikan sejuk embun shubuh yang selalu mencumbui wajahku dalam setiap tafakur sujudku.
Sekalipun sering dimana kenyataan dan ketabahanku harus menganggap dan memaksakan aku selalu berada dalam posisi salah dan kalah, dan sambil mendongakkan wajahkku ke langit bagaimanapun aku harus tetap ikhlas mempersembahkan manisnya senyumku terhadap kenyataan yang selalu mempecundangiku, membenciku, memisahkanku, meninggalkanku, menghempaskanku, merajamku, menjauhiku, mengasingkanku dan menggantungku dalam ketidak-berdayaan dan keterbatasanku, sementara aku tidak boleh marah dan murka karena semua itu bagiku bahwa Tuhan cemburu padaku dan masih mencintaiku.
Dari dinding-dinding kamar yang cukup sederhana kadang terlintas wajah-wajah ikhlas yang pernah setia dalam berbagi suka dan duka bersamaku yang kini entah berada di mana mereka satu persatu meninggalkan aku menemui manis dan cantiknya wajah Tuhan. Dan tinggal aku sendiri, yang harus dituntut tegar dalam sikap sempurna. Namun kadang-kadanbg menelan dan bertahan, dalam suasana seperti itu memang cukup melelahkan, letih, pahit, haus dan lapar.
Terasa hidup ini seolah-olah penuh dengan kesia-siaan belaka yang selama ini selalu mengajarkan aku tentang mimpi-mimpi yang membuatku dungu seperti keledai yang pasrah terhadap kenyataan. Dan hanya sebatas memberikanku nasihat-nasihat mutiara hidup yang penuh harapan hampa serta khayalan yang tak jelas.
Sungguh, dalam I’tikad gelisah yang memberontak ingin sekali aku pergi sendiri seperti mereka yang mengarungi lautan, menelusuri lembah-lembah, menjelajahi gunung-gunung, dan menerobos setiap waktu dan tempat dalam berbagai bentuk uraian kehidupan, hingga kutemukan rahmat Tuhan, yang selalu mengulum senyum berkahnya yang akan membuatku tenang dan nyaman di antara lelapnya tidurku yang panjang dalam hangatnya rangkulan dan lembutnya keharibaan Tuhan, setelah ku-lumuri dan terbius oleh wanginya darah yang ada ditubuhku, dan memang pada kenyataanya akupun sungguh telah lama tidak lagi pernah merasakan nyenyaknya dalam tidurku.
Lagipula sungguh aku sangat merindukannya, sehingga tidak pernah akan lagi kecemburuan dia pada diriku. Sungguh aku telah lelah dan ingin sekali merasakan bagaimana nikmatnya tidur yang nyenyak dalam hidup ini.
Kawans…
Aku memang sangat sayang dan mencintai kalian semua sepenuh telaga hatiku, karena kalian bocah-bocah yang manis, cerdas dan menggemaskan yang pernah dilahirkan dari rahimnya para bunda Islam yang suci, yang selama ini pernah ku kenal. Kadang-kadang aku sempat berfikir apalah artinya surga firdausnya Tuhan, kalau kalian tidak berada di sisi dan bersamaku.
Andaikan aku matipun mendahului kalian aku rela dan ikhlas menjadi arwah gentayangan yang selalu setia menemani kalian dalam setiap bentuk, waktu dan tempat, yang pada akhirnya aku hanya bisa berkata bijakasana di hadapan Tuhan:
“oh Tuhan saksikanlah… berikanlah mereka anugerah terbaik, yang belum pernah kau berikan kepada setiap mahluk apapun juga…”
Kawans…
Jangan lupa titipkan salamku pada semesta alam dan jangan pernah pula kalian membuat Tuhan kecewa dan sedih dalam setiap pengabdian kalian.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar